Feeds:
Pos
Komentar

Getaran Hati

Disaat ku membaca ayat-ayatMu…
Aku merasakan sesuatu yang hilang…
sesuatu yang menjadi sebab menetesnya air mataku…
dan sebab bertambahnya iman ku…

Getaran…
Getaran itu tak lagi terasa…
Padahal Engkau berfirman :

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
“Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah” Al-Hasyr : 21

Gunung yang begitu kokoh…
yang tak ada lagi di dunia ini yang menandingi kekokohannya…
mampu bergetar, terpecah belah karena ayat-ayatMu…

tetapi hati ini…
yang begitu lembut…
yang tak sekokoh gunung…
yang tak sebesar gunung…
tak sanggup bergetar akan ayat-ayatMu…

ya… Allah
apakah hati ini telah mati ?
tertutupi noda-noda kemaksiatan
sehingga tak lg merasakan indahnya ayat-ayatMu

paku yang tertancap di dinding…
akan tetap meninggalkan bekas saat terlepasnya…
begitu pula maksiat…
akan tetap meninggalkan bekas saat terlepasnya…

jika kau merasakan getaran itu…
syukuri dan jagalah dia…
niscaya Allah akan menambah keimananmu…
melapangkan dadamu…

sementara diriku saat ini…
sibuk menutupi bekas paku itu…
tunggulah aku getaranku…
getaran yang lahir karena takut kepadaMu…

يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”

AH

R A S A

Rasa yang datang dari perjuangan

Rasa yang datang dari kegagalan

Semuanya pasti terputus pada saatnya

Saat yang semua orang menantinya (disadari ataupun tak disadari)

 

Jikalau rasa itu baik, jagalah dia

Dan jika rasa itu buruk, hiasi dia dengan kesabaran

Hidup ini bukan tuk mereka, tetapi untuk Dia

Dia-lah yang memberikan rasa

Yang dengan rasa itu nampaklah yang pantas dan yang tak pantas

 

Jadilah kamu orang yang pantas

Dengan memanfaatkan rasa yang telah Dia berikan

Bukan menjadi orang yang tidak pantas

Yang penuh dengan ratapan dan kelalaian akan rasa itu

 

Tak ada yang tau kapan rasa itu terputus

Jikalau rasa itu terputus di saat kamu menjadi orang yg tak pantas

Itu adalah musibah

Dan jika rasa itu terputus  di saat kamu menjadi orang yang pantas

Itu adalah kebaikan

 

Jangan pernah menyerah karena rasa buruk yang kamu dapatkan

Dia tidak pernah memberikan keburukan, diri kitalah yang menjadikannya buruk

Dia hanya menginginkan orang-orang yang pantas

 

AH  🙂



Tindak Tutur « CARI ILMU ONLINE BORNEO.

Kelalaian

Tiada hari tanpa bermaksiat kepadam_Mu

Lubangnya semakin dalam lantaran ku selalu terjatuh padanya

Kebaikanku sebagai pemicu dosaku kepada_Mu

Entah mengapa…

Apakah mungkin karena besarnya pengampunan_Mu

Atau karena kurangnya rasa takutku kepada_Mu

Kesalahan dan kekurangan tidak akan mungkin ada pada_Mu

Karena itulah aku lebih mengutamakan_Mu

Terimalah permohonanku ya… Allah…

 

 

Simbol Fonemik

Bagi teman-teman yang ingin mengetahui Simbol-simbol Fonemik silahkan download di sini

Jangan Lupa Komentarnya yak…

Semoga bermanfaat

Asimilation in the Qur’an

Bersamanya :)

Ku terbangun
Ku tau kau telah membangunkanku
Kau ingin menyampaikan sesuatu
tetapi apalah daya kau hanya kumpulan bebatuan dan kayu

Mereka tau apa tentang kau dan aku
Kau yg selalu menemani di dalam kesepianku
Menghiburku di dalam kesedihanku
Menemaniku disaat semua meninggalkan ku

Merah jambu yang sering kurindukan
Panggilan masjid yg membangunkan
Teriakan kekeluargaan di pagi hari
Teriakan remaja di malam hari

Indah sekali, indah sekali
Apapun terasa Nikmat saat berada di meja makanmu
Baringan disisimu menunda rasa laparku
dedaunan mu yang mengisi waktu luangku
sungguh indah saat-saat bersamamu

Akupun tak boleh larut dalam egois ku
Aku tak punya apa-apa
Yang kupunya hanyalah Allah
Yang Maha mengabulkan Doa

Entah kapan ini kan terulang
tak cukup waktu panjang
Ku pasti merindukan mu
selalu

PENGGOLONGAN KATA

PENGGOLONGAN KATA SECARA TRADISIONAL

Penggolongan kata oleh C.A. Mess

1. Kata benda

2. Kata keadaan

3. Kata ganti

4. Kata kerja

5. Kata bilangan

6. Kata sandang

7. Kata depan

8. Kata keterangan

9. Kata sambung

10. Kata seru

Lanjut Baca »

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak.

Contoh:

Mobil itu terpakai keluarga

S               P          O

Dalam kalimat diatas, subjek (mobil) berperan sebagai sesuatu yang dikenai hal atau tindakan tidak sengaja terinjak. Dengan kata lain, subjek dalam kalimat pasif berperan menjadi penderita. Karena subjeknya berperan menjadi penderita sekaligus fokus dalam kalimat, predikatnya harus diisi oleh kata kerja bentuk pasif. Kata kerja bentuk pasif biasanya berimbuhan ter-, di-, dan ke-an.

Fokus

Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu. Ada bahasa yang mengungkapkan fokus ini secara morfemis, dengan menggunakan afiks tertentu; tetapi ada pula yang menggunakan cara lain

Dalam bahasa Indonesia fokus kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Pertama, dengan memberi tekanan pada bagian kalimat yang difokuskan. Kedua, dengan mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan. Ketiga, dengan cara memakai partikel pun, yang, tentang, dan adalah pada bagian kalimat yang difokuskan. Keempat, dengan mengontraskan dua bagian kalimat. Kelima, dengan menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.

KATA MAJEMUK

Kata majemuk ialah dua kata atau lebih yang menjadi satu dengan erat sekali dan menunjuk atau menimbulkan satu pengertian baru.[1]

Kata majemuk termasuk bentuk bahasa yang banyak dibicarakan orang. Berbagai pendapat ahli bahasa menganggap kata majemuk sebagai kata. Anggapan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa kata majemuk kadang-kadang dapat mengalami proses morfologi seperti kata. Misalnya kata rumah dapat diberi afiks ber- sehingga menjadi berumah. Kata majemuk rumah tangga dapat pula diberi afiks ber- sehingga menjadi berumah tangga. Kata rumah dapat diberi afiks me-…..-kan sehingga menjadi merumahkan. Kata majemuk kambing hitam dapat diberi afiks me-…..-kan sehingga menjadi mengkambing hitamkan.

Dari segi dapatnya kata dan kata majemuk mengalami proses morfologi berupa afiksasi sebenarnya tidak dapat dipakai sebagai ciri bahwa kata majemuk tersebut adalah kata dan bukan frase. Hal ini saya kemukakan mengingat adanya kenyataan bahwa proses morfologis yang berupa afiksasi dapat pula dikenakan pada frase. Misalnya frase hitam legam dapat mendapat afiks me- sehingga berwujud menghitam legam. Frase tidak adil dapat diberi afiks ke-…..-an sehingga menjadi ketidakadilan.

Lanjut Baca »